عندنا في مصر يقولون لمن يخرج من الخلاء " شفيتم؟ " فيقال لهم " شفاكم الله
وعافاكم " فهل في هذا حرج أم أن ذلك يعد من البدع وإن كان من البدع فنرجو
الدليل ؟
الجواب: أما المسألة الأولى: وهي أنهم إذا خرج الخارج لقضاء حاجته قالوا
له: " شفاك الله "، فإن هذا لا أصل له، ولم يكن السلف الصالح يفعلون ذلك
وهم خير قدوة لنا والإنسان مشروع له إذا أراد دخول الخلاء ليقضي حاجته من
بول أو غائط أن يقدم رجله اليسرى ويقول عند الدخول: ( باسم الله أعوذ بالله
من الخبث والخبائث " وإذا خرج قدم اليمنى وقال: " غفرانك الحمد لله الذي
أذهب عني الأذى وعافاني "وإن اقتصر على قول: " غفرانك " فحسن أما هذا
الدعاء الذي أشار إليه السائل، فلا أصل له ولا ينبغي أن يتخذه الناس عادة؛
لأن مثل هذه الأمور إذا اتخذت عادة صارت سنة وظنها الناس مشروعة وهي ليست
مشروعة
الشيخ ابن عثيمين من فتاوى نور على الدرب
Silsilah Bid'ah Thaharah (Bersuci)
Di daerah kami di Mesir ada orang-orang yang mereka mengatakan kepada
siapa saja yang keluar dari dari WC; syufiitum (semoga engkau diberi
kesembuhan)? Lalu diucapkan untuk mereka; syafaakumullah wa 'aafaakum
(semoga Allah Allah memberi kesembuhan dan keselamatan kepada kalian.
Apakah hal ini tidak mengapa atau perkara tersebut dianggap bid'ah. Jika
termasuk bid'ah maka kami mohon dalilnya?
Jawab:
Adapun masalah yang pertama, yaitu bahwasanya mereka apabila ada yang
keluar (dari WC) setelah menunaikan hajatnya, lalu mereka berkata
kepadanya; syafaakallah (semoga Allah menyembuhkanmu), maka hal ini
tidak ada asalnya dan tidak pernah dilakukan oleh Salafush Shalih.
Padahal mereka adalah sebaik-baik panutan kita. Dan seseorang
disyariatkan baginya apabila hendak masuk ke WC untuk menunaikan
hajatnya, baik buang air kecil atau besar, hendaklah ia mendahulukan
kaki kiri dan berdoa ketika masuk; bismillah a'uudzu billahi minal
khubutsi wal khabaaits (Dengan menyebut nama Allah aku berlindung kepada
Allah dari setan laki-laki dan setan perempuan). Dan apabila keluar
(dari WC) mendahulukan kaki kanan dan berdoa; ghufraanak
alhamdulillahilladzi adzhaba 'anniy al adza wa 'aafaaniy (kumohon
ampunan-Mu, segala puji bagi Allah yang telang menghilangkan gangguan
dariku dan memberi kesalamatan kepadaku). Dan apabila ia mencukupkan
dengan ucapan; ghufraanaka, maka baik. Adapun doa yang telah
diisyaratkan oleh penanya, maka tidak ada asalnya dan tidak boleh
seseorang untuk menjadikannya sebagai kebiasaan. Karena perkara-perkara
semisal ini apabila dijadikan sebagai kebiasaan, maka ia akan menjadi
sunnah (jejak). Dan manusia menyangka hal tersebut disyariatkan, padahal
tidak ada syariatnya.
Asy Syaikh 'Ibnu 'Utsaimin dari Fatawa Nuurun 'ala Ad Darb
Alih bahasa: Al Ustadz Abdul 'Aziz As Samarindy
0 komentar:
Posting Komentar