Definition List

Kamis, 18 September 2014

Catatan Ta'lim, Kamis 18 sept 2014, Limo Depok. "Pembahasan: DARUL MAR'AH FI ISLAHIL MUJTAMA"

Catatan Ta'lim (via streaming)
Kamis 18 sept 2014, Limo Depok.

Ustadzah Ummu Ishaq Al Atsariyyah
 
Pembahasan: DARUL MAR'AH FI ISLAHIL MUJTAMA
kary Al Imam Asy-Syaikh Muhammad ibnu Shaleh al Ustaimin rahimahullah

Peran perempuan didalam memperbaiki masyarakatnya. kalau rusak perempuan maka rusak pula masyarakatnya. bila baik perempuannya maka baik pula masyarakatnya.  

Perbaikan masyarakat ada 2 macam: 

1. perbaikan secara dzahir (tampak kelihatan)
yaitu perbaiki pasar, masjid, dan yg selainnya dari perkara-perkara yg dzahir. Dan yng dominan keluar di bagian ini adalah laki-laki. 

2. perbaikan masyarakat dari belakang tembok (dari dalam)
Ini dilakukan dari dalam rumah. Seorang wanita mengurus anak dan suaminya dari dalam rumahnya. Dan yang dominan disisi ini adalah perempuan. Karena wanita itu adalah nyonya rumah. 

Allah subhanahu wata'ala berfirman yang IA tujukan kpd istri-istri Nabi dalam Al Qur'an Surat Al-Ahzab 32-33:

"Wahai istri-istri Nabi, kalian tidaklah sama seperti wanita yang lain, jika kalian bertakwa. Maka janganlah kalian merendahkan suara dalam berbicara sehingga berkeinginan jeleklah orang yang ada  penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik. Dan tinggallah kalian di rumah-rumah kalian dan janganlah bertabarruj seperti tabarrujnya orang-orang jahiliyyah yang dahulu. Tegakkanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian, wahai ahlul bait, dan membersihkan kalian dengan  sebersih-bersihnya."    

Allah berfirman kpd istri Nabi:  "Tetaplah kalian dirumah-rumah kalian."
Walaupun sasarannya adalah istri-istri nabi namun pada hakekatnya untuk seluruh muslimah. Jika seorang istri nabi saja diperintahkan untuk didalam rumah mk apalagi untuk kaum muslimah lainnya."


⛔Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,


لَعَنَ رَسُولُ اللهِ الْمُتَشَبِّهِينَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ


"Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat lelaki yang menyerupai wanita dan (melaknat) wanita yang menyerupai lelaki.”
(HR. al-Bukhari no. 5885)



Anak Adam kebanyakan perempuan. Secara umum jumlah perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Bisa jadi di suatu negri lebih banyak laki-lakinya daripada perempuan.  

Seorang perempuan utk bisa menjadi seseorang yang  bisa memperbaiki masyarakat harus ada beberapa faktor pendukung.   Asy-Syaikh Utsaimin menyebutkan faktor pendukung yang harus ada pada wanita yg bisa memperbaiki masyarakat
(masyarakat disini maksudnya adalah keluarga kita):

Kesolehan si perempuan
Abdullah bin Amr bin al Ash radhiallahu ‘anhuma meriwayatkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:


الدُّنْيَا مَتاَعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan-perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.”
(HR. Muslim no. 1467)


Sebaik-baik pembendaharaan seorang laki-laki adalah istri yang sholehah. Wajib bagi seorang wanita yg ingin mperbaiki masyarakatnya adalah menjadi seorang solehah agar ia menjadi panutan bagi keluarganya, dan bagi perempuan yg lain.

Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan: 

"Dan seorang wanita tidak akan sampai kepada kesolehan selain dengan ilmu, yaitu belajar ilmu syar'i."
 
Belajar atau menuntut ilmu dari gurunya, atau dari kitab-kitab para Ulama, dari lisan para Ulama yaitu duduk dihadapan para ulama baik dari kalangan laki-laki maupun perempuan yaitu ulama ahlussunnah yang lurus diatas Al Quran dan Sunnah (karena di negeri kita tdk ada ulama, maka duduk bermajelis di hadapan  ustadz/ustadzah).  
Jangan mudah belajar kepada sembarangan ulama atau ustadz. Mencari dan belajarlah kepada asatidzah yang selamat. Istiqomahlah engkau dalam hal ini.  
Terkadang kita tidak terasa terhempas dari sunnah karena menggampangkan sesuatu.
Orang-orang yg ingin al haq maka Allah akan tunjukkan jalan al haq. Yang jadi masalah adalah apakah ia mau mencari al haq atau diam saja.  
Belajar ini adalah kebutuhan kita. bukan karena paksaan. Sebagaimana kebutuhan kita pada makan dan minum.
Ummahat harus terus belajar.
Sampai kapan??
Sampai mati.  


Imam Ahmad mengatakan bahwa belajar ilmu adalah solat yg rahasia.  
Dengan ilmu seorang wanita mencapai kebaikan. Ia harus mempunyai perhatian terhadap ilmu.  

Kemampuan untuk menerangkan dan kepandaian berbicara.
Seorang wanita menjadi guru pertama bagi anak-anaknya. Lisannya harus lurus. Maksudnya jelas kalimatnya. Adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kalau bicara itu pelan-pelan namun tidak membosankan)
Menerangkan apa yang perlu ia terangkan.  Bisa mengungkapkan apa yang ada didalam kalbunya.  

Memiliki sifat Hikmah
hikmah ini menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Ia tidak serampangan didalam beraksi. Termasuk nikmat Allah subhanahu wata'ala kepada seorang hamba adalah bila Allah beri sifat Hikmah.   

"Allah menganugerahkan kefahaman (Al-Hikmah) kepada orang yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa dianugerahi al-hikmah itu, maka dia benar-benar telah dianugerahi kebaikan yang banyak.”
 (Al-Baqarah: 269)  

ika seseorang tdk memiliki hikmah, maka ia banyak luput dari kebaikan. Gambaran hikmah adalah ia tahu kepada siapa ia berhadapan. Jika ia berhadapan dgn anak kecil, ia tahu bagaimana ia bermuamalah dgn anak kecil. Jika ia berhadapan dengan orangtua, ia tahu bgmn bermuamalah dengan orang yang lebih tua.

Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah contoh yang memiliki hikmah yang tinggi.
Diantaranya disebutkan oleh Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullaah:

A. ketika ada seorang arab badui kencing di masjid.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata,
“Tatkala kami dimasjid bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba datang seorang A’rabi  (Arab dusun) kencing di masjid, maka para sahabat menghardiknya, “Mah mah (yaitu pergi/tinggalkan)”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Jangan kalian hardik, biarkan dia (jangan putus kencingnya)”. 
 
Para sahabat membiarkan A’robi  tersebut untuk menunaikan kencingnya, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memanggilnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Sesungguhnya masjid-masjid tidak boleh untuk kencing, tetapi dipergunakan untuk berdzikir kepada Allah, shalat dan membaca Al Qur’an”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada para sahabat-sahabatnya, “Sungguh kalian diutus untuk memudahkan dan tidak untuk menyulitkan, guyurlah air kencing tadi dengan satu ember air”.
A’rabi  itu berkata, “Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad, dan jangan Engkau rahmati selain kami”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Sungguh engkau telah mempersempit perkara yang luas.”
(Muttafaqun ‘alaihi)


Hikmah dari hadits ini adalah: 
 
- Sahabat itu orang yang ghirah kepada sesuatu dan memiliki kecemburun kepada kemungkaran. Kita tidak boleh mendiamkan kemungkaran dan mengingkari pelaku kemungkaran. ingkari dengan tangan kalau tidak bisa dengan lisan dan dengan hati..   tetapi kalau bersegera menghilangkan kemungkaran tadi akan  mendatangkan kemungkaran yg lebih besar,  maka ditahan dulu,  hingga hilang kemungkaran yg lebih besar itu.  
-  Nabi membiarkan kemungkaran yang dilakukan oleh aroby (kencing didalam masjid) untuk menolak kemungkaran yg lebih besar (yaitu si Aroby menghadap orang2 dlm keadaan auratnya terbuka atau si aroby pindah tempat dalam keadaan kencingnya tercecer dan bila ditahan pipisnya  akan mgenai celananya  shg meinggalkan  najis di celananya atau bila ditahan pipisnya akan mengakibatkan kesakitan bagi si aroby)
- Nabi bersegera menghilangkan kerusakan karena kalau didiamkan akan timbul kerusakan-kerudakan yg lain yaitu ketika si aroby selesai kencing maka langsung menyuruh sahabat untuk menyiram. Nabi pernah dikencingi anak kecil ketika sdg memangku anak kecil. Mereka adalah anak-anak para sahabatnya. Ketika dikencingi anak perempuan mk beliau mencuci pakaian yg terkena kencing. Karena kencing anak perempuan lebih berat daripada kencing anak laki-laki. Sedangkan kencing anak laki-laki hanya cukup di cipratkan air.
-  Nabi mengajarkan kpd Aroby bahwa Masjid itu dibangun untuk dzikrullah, untuk beribadah kepada Allah  dan bukan untuk dikotori, bukan untuk berjualan dan bukan untuk mengumumkan barang hilang.
- Seseorang kalau berbicara dgn hikmah kepada orang lain dengan kelembutan, ia akan dapatkan hasil yang lebih besar daripada ia memakai cara kekerasan.

B. Contoh yang kedua adalah :  
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata

, بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوسٌ عِنْدَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – إِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ ، فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكْتُ . قَالَ « مَا لَكَ » . قَالَ وَقَعْتُ عَلَى امْرَأَتِى وَأَنَا صَائِمٌ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم« هَلْ تَجِدُ رَقَبَةً تُعْتِقُهَا » . قَالَ لاَ . قَالَ « فَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تَصُومَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ » . قَالَ لاَ . فَقَالَ « فَهَلْ تَجِدُ إِطْعَامَ سِتِّينَ مِسْكِينًا » . قَالَ لاَ . قَالَ فَمَكَثَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – ، فَبَيْنَا نَحْنُ عَلَى ذَلِكَ أُتِىَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بِعَرَقٍ فِيهَا تَمْرٌ – وَالْعَرَقُ الْمِكْتَلُ – قَالَ « أَيْنَ السَّائِلُ » . فَقَالَ أَنَا . قَالَ « خُذْهَا فَتَصَدَّقْ بِهِ » . فَقَالَ الرَّجُلُ أَعَلَى أَفْقَرَ مِنِّى يَا رَسُولَ اللَّهِ فَوَاللَّهِ مَا بَيْنَ لاَبَتَيْهَا – يُرِيدُ الْحَرَّتَيْنِ – أَهْلُ بَيْتٍ أَفْقَرُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِى ، فَضَحِكَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – حَتَّى بَدَتْ أَنْيَابُهُ ثُمَّ قَالَ « أَطْعِمْهُ أَهْلَكَ »


“Suatu hari kami duduk-duduk di dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian datanglah seorang pria menghadap beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Lalu pria tersebut mengatakan, “Wahai Rasulullah, celaka aku.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apa yang terjadi padamu?”
Pria tadi lantas menjawab, “Aku telah menyetubuhi istri, padahal aku sedang puasa.”
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apakah engkau memiliki seorang budak yang dapat engkau merdekakan?”
Pria tadi menjawab, “Tidak”.
Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, “Apakah engkau mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?”
Pria tadi menjawab, “Tidak”.
Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, “Apakah engkau dapat memberi makan kepada 60 orang miskin?”
Pria tadi juga menjawab, “Tidak”.
Abu Hurairah berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas diam. Tatkala kami dalam kondisi demikian, ada yang memberi hadiah satu wadah kurma kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Di mana orang yang bertanya tadi?”
Pria tersebut lantas menjawab, “Ya, aku.”
Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Ambillah dan bersedakahlah dengannya.”
Kemudian pria tadi mengatakan, “Apakah akan aku berikan kepada orang yang lebih miskin dariku, wahai Rasulullah? Demi Allah, tidak ada yang lebih miskin di ujung timur hingga ujung barat kota Madinah dari keluargaku. ”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu tertawa sampai terlihat gigi taringnya. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Berilah makanan tersebut pada keluargamu.”
( HR. Bukhari no. 1936 dan Muslim no. 1111. )

C. Seseorang yg bersin didalam solat.
Dari Mu’awiyah bin Al-Hakam ‘Aisyah-Sulami radhiyallahu ‘anhu berkata,
“Tatkala aku shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba ada seseorang yang shalat itu bersin. Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu mendoakan, “Semoga Allah merahmatimu”.
Orang-orang yang shalat melihat kepadaku dalam rangka mengingkari.
Mu’awiyah mengatakan kepada mereka, “Kenapa kalian melihatku begitu?”
Orang-orang yang shalat memukulkan tangan-tangan mereka ke paha-paha mereka dengan tujuan supaya diam, maka Muawiyah pun diam tatkala mereka diam sampai selesai shalat.
Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu memuji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Demi ibu bapakku, aku tidak pernah melihat seorang pengajar sebelum atau sesudahnya yang paling baik pengajarannya dibanding beliau, maka demi Allah, beliau tidak memojokkan aku, tidak memukulku dan tidak mencelaku”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sesungguhnya shalat ini tidak boleh sesuatu pun padanya yang berupa ucapan manusia, tetapi shalat itu tasbih, takbir dan membaca Al-Qur’an”.
Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku baru lepas dari masa jahiliyah, dan Allah datangkan Islam. Dan sesungguhnya ada di antara kami orang-orang yang mendatangi dukun yang mereka mengakui ilmu ghaib”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jangan kamu mendatangi mereka!!” 

Mua’wiyah radhiyallahu ‘anhu, “Dan di antara kami ada orang-orang yang ber-tathayur (menganggap sial dengan sesuatu).”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Itu adalah sesuatu yang didapatkan pada dada-dada mereka, maka jangan sampai menghalangi mereka dari tujuan-tujuan mereka, karena yang demikian itu tidak berpengaruh, tidak mendatangkan manfaat mau pun mudharat.”
(HR. Muslim)

D. Ada seseorang memakai cincin dari emas
Dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah melihat cincin dari emas di tangan seorang laki-laki. Maka beliau melepaskan dan membuang cincin tersebut kemudian bersabda: ”adakah salah seorang di antara kalian yang mengenyengaja dengan sepotong bara  api dari neraka kemudian memakaikan-Nya di tanganya?”
kemudian ada yang berkata  kepada laki-laki tersebut: ” Ambilah cincinmu dan manfaatkan-lah.”
Dia menjawab: ”Tidak, demi  Allah saya tidak akan mengambilnya selama-lamanya karena Rasullullah tekah melemparnya.”
[HR Muslim]
Rasulullah langsung mengambil cincinnya dan melemparnya, karena orang ini sudah tahu hukum memakai cincin emas namun ia memakai lagi. Maka dari sini ada hikmahnya bahwa seseorang yang sudah memiliki ilmu maka rasul memperlakukan ketegasan.

Tahu bagaimana mentarbiyyah/mendidik anak-anaknya.
Seorang ibu tdk terlepas dari peran mentarbiyah anak-anaknya. mk dari itu seorang laki-laki harus perhatian dalam mencari calon istri. harus yang bagus akhlaq dan ilmunya karena ia akan menjadi pendidik bagi anak-anaknya.

Semoga Bermanfaat..
Mohon maaf apabila ada ketidak sempurnaan dalam penulisan yaa...
baarakallahu fiikunna


Muslimah mms

0 komentar:

Posting Komentar